Warsidah, Wanita Pengisi Hidupku
Warsidah merupakan sosok yang telah berusaha keras
melahirkan anaknya dan membesarkannya hingga dewasa. Beliau juga merupakan
tempat muara kasih sayang pertama kali dalam keluarga. Seluruh anaknya
diharapkan menghormati dan berusaha tidak membuatnya marah. Hanya sekarang
kewajiban kita sabagai anak hanya cukup membuat beliau bangga kepada kita.
Warsidah, yang mengisi hidupku sejak lahir hingga sekarang.
Lahir di Magelang, 20 April 1961. Beliau merupakan putri keempat dari sembilan
saudara, diantaranya Suyati, Wartiah, Sudarto, Warsidah, Maryati, Siti Utami,
Puji Lestatri, Slamet Saputro dan Puji Rahayu. Orang tuanya, Sucipto Rahajo
(alm.) yang bekerja sebagai kontraktor pembangunan dan ibunya Yatinah (almh.)
yang bekerja ibu rumah tangga. Beliau dulu tinggal di sebuah dusun kecil yang
bernama Dsn. Pending.
Beliau dulu sekolah di SD Negeri Girirejo pada tahun 1973,
SMP Kristen pada tahun 1977, SMA Muhamadiyah 1 Magelang dan D3 Administrasi
Bisnis (Bisnis RS) di STIA Mandala Indonesia Jakarta pada tahun 2009.
Berbagai macam perjalanan hidup yang harus beliau lalui. Dimulai
dari tahun 1970, beliau ikut bersama bibinya di Dsn. Beran. Tahun 1976, beliau
ikut dan tinggal bersama kakak pertama di Kebonpolo hingga tahun 1985. Tanggal
1 Desember 1985, beliau diangkat sebagai karyawan di sebuah rumah sakit Kota
Magelang. Beliau pulang kembali ke rumanhya pada tahun 1988. Pada tahun yang
sama pula terjadi hal yang menyedihkan baginya yaitu kehilangan seorang ibunya dan saat itulah beliau memutuskan
untuk kembali ikut dan tinggal bersama kakak pertama kembali selama satu tahun.
Tahun 1989 beliau memutuskan untuk menikah dengan seorang pria yang ternyata
tinggal di dusun sebelah dan mulai tinggal di sebuah aspol yang terletak di Tegalrejo.Tahun
1990, merupakan awal kebahagiaan bagi mereka dengan kelahiran putra pertama dan
selang 8 tahun kemudian, lebih tepatnya tahun 1998 kelahiran putri yang kedua.
Dengan adanya dua pahlawan kecil diharapkan dapat membanggakan kedua orang
tuanya kelak nanti. Amin.
Tahun
2007 merupakan peristiwa menyedihkan itu terulang kembali dengan ayahanda
beliau yang telah bekerja keras demi keluarganya itu meninggal dunia. Penanaman
kedisiplinan, kerja keras, rasa prihatin dan keinginan yang kuat oleh anak-anaknya
telah membuahkan hasilnya. Beberapa putra-putrinya dapat bekerja dan menjadi
orang sukses sampai saat ini. Oleh beliau diturunkan ajaran-ajaran dari ayah
dan ibunya kepada anak-anaknya dan diharapkan dapat disalurkan hingga cucu dan
cicitnya.
Terima kasih. Tulisannya bagus, isinya juga bagus. Sedikit mengganggu pada paragraf 2, yakni penggunaan sudut pandang aku --> mengisi hidupku. Sebaiknya, Anda di luar cerita.
BalasHapus