Selasa, 20 Oktober 2015

Warsidah, Wanita Pengisi Hidupku

Warsidah merupakan sosok yang telah berusaha keras melahirkan anaknya dan membesarkannya hingga dewasa. Beliau juga merupakan tempat muara kasih sayang pertama kali dalam keluarga. Seluruh anaknya diharapkan menghormati dan berusaha tidak membuatnya marah. Hanya sekarang kewajiban kita sabagai anak hanya cukup membuat beliau bangga kepada kita.  
        Warsidah, yang mengisi hidupku sejak lahir hingga sekarang. Lahir di Magelang, 20 April 1961. Beliau merupakan putri keempat dari sembilan saudara, diantaranya Suyati, Wartiah, Sudarto, Warsidah, Maryati, Siti Utami, Puji Lestatri, Slamet Saputro dan Puji Rahayu. Orang tuanya, Sucipto Rahajo (alm.) yang bekerja sebagai kontraktor pembangunan dan ibunya Yatinah (almh.) yang bekerja ibu rumah tangga. Beliau dulu tinggal di sebuah dusun kecil yang bernama Dsn. Pending.
        Beliau dulu sekolah di SD Negeri Girirejo pada tahun 1973, SMP Kristen pada tahun 1977, SMA Muhamadiyah 1 Magelang dan D3 Administrasi Bisnis (Bisnis RS) di STIA Mandala Indonesia Jakarta pada tahun 2009.
        Berbagai macam perjalanan hidup yang harus beliau lalui. Dimulai dari tahun 1970, beliau ikut bersama bibinya di Dsn. Beran. Tahun 1976, beliau ikut dan tinggal bersama kakak pertama di Kebonpolo hingga tahun 1985. Tanggal 1 Desember 1985, beliau diangkat sebagai karyawan di sebuah rumah sakit Kota Magelang. Beliau pulang kembali ke rumanhya pada tahun 1988. Pada tahun yang sama pula terjadi hal yang menyedihkan baginya yaitu kehilangan seorang  ibunya dan saat itulah beliau memutuskan untuk kembali ikut dan tinggal bersama kakak pertama kembali selama satu tahun. Tahun 1989 beliau memutuskan untuk menikah dengan seorang pria yang ternyata tinggal di dusun sebelah dan mulai tinggal di sebuah aspol yang terletak di Tegalrejo.Tahun 1990, merupakan awal kebahagiaan bagi mereka dengan kelahiran putra pertama dan selang 8 tahun kemudian, lebih tepatnya tahun 1998 kelahiran putri yang kedua. Dengan adanya dua pahlawan kecil diharapkan dapat membanggakan kedua orang tuanya kelak nanti. Amin.

Tahun 2007 merupakan peristiwa menyedihkan itu terulang kembali dengan ayahanda beliau yang telah bekerja keras demi keluarganya itu meninggal dunia. Penanaman kedisiplinan, kerja keras, rasa prihatin dan keinginan yang kuat oleh anak-anaknya telah membuahkan hasilnya. Beberapa putra-putrinya dapat bekerja dan menjadi orang sukses sampai saat ini. Oleh beliau diturunkan ajaran-ajaran dari ayah dan ibunya kepada anak-anaknya dan diharapkan dapat disalurkan hingga cucu dan cicitnya.   

1 komentar:

  1. Terima kasih. Tulisannya bagus, isinya juga bagus. Sedikit mengganggu pada paragraf 2, yakni penggunaan sudut pandang aku --> mengisi hidupku. Sebaiknya, Anda di luar cerita.

    BalasHapus